MUDA MUDI INSPIRATIF

(Terinspirasi dari : Ageng Kinasih)

Mengutip sebuah pepatah jawa “Urip kuwi urup”, artinya hidup itu menyala atau bersinar. Manusia diberi hidup untuk menjaga sinarnya, untuk bertahan agar tidak meredup. Sinar digambarkan sebagai usaha, ketekunan, dan keseriusan seseorang untuk bertahan dalam segala kesulitan yang dihadapi.

Tentunya pembahasan hidup ini juga tidak terlepas akan motivasi, cita-cita, dan impian. Seseorang mengatakan bahwa manusia hidup untuk bermimpi. Manusia bertahan dalam kesulitan demi meraih cita-citanya. Semua itu bentuk motivasi diri. Namun, hidup yang benar-benar hidup ialah hidup yang bermanfaat, baik untuk diri pribadi, seseorang disekitar, dan juga untuk alam. Karena bagaimanapun kita menjalani kerasnya rintangan dalam hidup ini, ada semesta yang menemani. Jatuh, bangun, sulit, bangkit, terpuruk, kecewa, bahagia, semua itu seperti hukum alam yang menyertai kita setiap harinya. Jadi siapkah anda untuk rintangan hari ini?

Untuk menemani perjuangan anda hari ini, saya sajikan sebuah cerita inspiratif dari seseorang.


Namanya Ageng Kinasih, orang tuanya memberi nama ‘Ageng’ dan ‘Kinasih’ bukan tanpa alasan, kata ibu : Ageng Kinasih berarti seseorang yang besar akan kasih sayang, seseorang yang tumbuh dan dibesarkan dengan penuh ‘welas asih’ dari seorang ibu dan juga ayah. Namun menurut saya, ibu memberi nama tersebut sebagai do’a yang mengiringi langkah nya, agar dimanapun dia berada selalu dilimpahi kasih sayang orang disekitarnya. Namun pertanyaannya, sebanyak apa ia dikasihi dilingkungan sekitarnya?

Tepatnya 12 tahun lalu, saat itu ia menginjak bangku sekolah dasar. Pertama kalinya ia merasa bahwa ada yang berbeda dengan dirinya. Ia berbeda, tidak seperti teman-temannya yang lain, ia ‘spesial’.

“Kita tidak bisa memilih dari keluarga mana kita dilahirkan, tidak bisa memilih seperti apa kita dilahirkan. Andai bisa memilih, mungkin aku lebih suka terlahir seperti yang lainnya, karena ternyata terlahir spesial itu tidak selamanya baik”, katanya.

Disaat teman-temannya menulis dengan tangan kanan, ia menulis dengan tangan kiri. Disaat temannya makan dengan tangan kanan, lagi-lagi ia menggunakan tangan kiri. Benar-benar spesial kan? Namun tidak banyak orang yang mampu melihat keisitimewaan itu. Banyak celaan, hinaan, yang tidak pantas didengar oleh anak seumurannya. Jika hal itu hanya terucap dari beberapa teman tidak masalah, tetapi disayangkan kata-kata itu terucap dari orang dewasa, yaitu ibu temannya. Tidak sekali duakali hal itu terjadi, bahkan sekitar 1 tahunan kejadian itu terus berulang.  Tidak banyak yang bersimpati, bahkan terkesan banyak yang acuh dan tidak peduli.

“Aku pernah saking tidak tahannya bilang pada ibu. Aku ceritakan semuanya, seketika ibu menangis dan marah. Bahkan melihat ibu menangis meraung seperti itu, membuatku berpikir bahwa ini terakhir kalinya aku ceritakan hal seperti itu pada ibu. Agar ibu tidak bersedih lagi”

Perlakuan bullying ini bahkan dirasakannya juga ditempat ia mengaji, sekarang tidak hanya bullying dari seorang teman tetapi juga perlakuan deskriminasi, dari beliau yang mengajarkannya ilmu.

“Apa salahnya dilahirkan dilingkungan itu, apa salahnya dilahirkan sedikit berbeda.”

Jelas tidak ada yang salah, menurut saya pribadi terlalu kolot untuk menilai seseorang dari dimana ia dibesarkan. Karena tidak semua pecundang lahir dari tempat kumuh, begitupun sebaliknya.

 

Kisah ini tidak akan menarik jika hanya ditampilkan dukanya, maka bagai sebuah roda yang berputar, hidup itu penuh kejutan. Dari yang di atas bisa berubah menjadi terbawah dari yang terbawah bisa berubah menjadi yang teratas.

“Sebenarnya awalnya cuma iseng, waktu itu kelas 6 SD coba gambar beberapa sketsa baju karena ada baju yang tak pengin ternyata tidak pas di badanku. Jadi dari itu sih mulai menemukan bakatku. Ternyata di gambar.”

Seperti sebuah sketsa yang hanya berupa coretan dan sering disepelekan, ia membuktikan bahwa sketsa yang terlihat berantakan itulah dimana sebuah karya tercipta begitu indah.




Waktu SMP sempat hilang sih, minatku di gambar. Karena mungkin dulu belum berfikir ingin jadi apa nantinya. Tapi di SMA mulai diasah lagi, dan memang benar ternyata passion ku di situ.”

Waktu berlalu cepat, hingga sekarang ia berjuang meraih mimpinya untuk menjadi desaigner baju ternama. Anak spesial ibu, sudah berani menatap masa depannya, ia sudah berani bermimpi seperti yang lainnya. Sedikit demi sedikit mencoba, karena konon katanya usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Dan tentunya untuk mempermudah langkah, harus gunakan jurus termanjur di dunia. Iya benar, do’a dari kedua orang tua.

“Gimana dek, seru tidak di Solo? Adek punya teman kan disana. Gimana temannya, baik- baik semua kan? Cerita sama ibu ya dek kalau ada apa-apa.”

Seorang yang cerewet dan pemarah itu tetaplah ibu. Setiap kalimat dan pelukan hangat ialah ibu. “Aku tidak pernah menyesal dilahirkan oleh ibu, ibu juga tidak menyesalkan melahirkan aku yang spesial ini bu.” Betapa romantisnya hubungan seorang ibu dan anaknya.

 






Halo, welcome to my blog ^^

Terima kasih telah mengunjungi blog ini. Sebagai pemula senang sekali dapat berkembang dan belajar lewat blog ini. Semoga tulisan ini sedikit menginspirasi anda sekalian. Salam hangat, terima kasih.






Komentar

Posting Komentar