Kata Orang Baik



(Halo readers, ada special part untuk minggu ini nih. Part ini terkhusus untuk orang baik di luar sana. )


Halo orang baik, disini aku akan menceritakan tentang aku. Seorang gadis dari pulau seberang sana, yang sedang dan masih menimba ilmu di pulau jawa. Awal kabar aku diterima di kampus luar biasa ini cukup membuat bapak dan ibukku bahagia dan sedih di saat bersamaan. Bagaimana bangganya bapak mendengar putrinya berhasil masuk kampus impian, dan bagaimana sedihhnya ibu harus melepas gadis kecilnya di pulau seberang. 

Seperti mahasiswa pada umumnya yang disibukkan tugas, laporan, dan kegiatan lainnya. Tidak terasa mungkin untuk setahun ini, aku tidak pulang ke rumah. Seperti pemikiran para perantau pada umumnya, aku tidak pulang untuk menghemat biaya.  Tapi hal itu tak mengapa, rindu bisa ditahan. Aku bisa melebur rindu ini di atas sajadah setiap malam. Namun ada satu hal yang mengusikku di rentang waktu belakangan. Aku penasaran, orang baik itu yang seperti apa?

Entah mengapa sebuah pemikiran lucu dan naif itu muncul di kepala. Aku mendefinisikan orang baik itu yang tidak pernah risau dengan hari besok. Orang yang siap dan selalu bersyukur atas rahmat-Nya. Tapi jawaban itu tidak cukup untuk memenuhi ribuan pertanyaan ‘mengapa’, ‘bukankah seharusnya’, dan ‘kok bisa’ dalam kepalaku ini tentang definisi orang baik sesungguhnya. 

Maka dari itu sore ini aku berjalan menyusuri jalanan menuju taman sebelah kosku, aku bertemu dengan orang-orang hebat dan bertanya tentang ‘Orang baik itu seperti apa sih pak?’ saat aku bertemu seorang supir truck yang trucknya mogok menutupi separuh bagian gang di dekat kos ku. Beliau memakan sepotong sari roti rasa coklat dan sebotol minuman yang menurut iklan ada manis-manisnya, dariku. Beliau bercerita kehabisan uang saku untuk makan karena uang nya sudah habis untuk membeli bahan bakar dan membayar ongkos derek trucknya. Setelah beliau makan, beliau menjawab ‘Orang baik ya seperti mbak ini, mau menolong saya saat saya lapar.’ Aku hanya tersenyum menanggapi. Aku memutuskan berjalan kembali ketika mobil dereknya sudah datang.

Karena aku lelah, aku mengistirahatkan diriku ditempat pedagang kaki lima, ‘Ibu saya minta tambah kuah opornya boleh?’ kataku yang sedang menikmati sepiring opor ayam dan segelas es teh manis.’Boleh mbak, monggo’. Aku pun diam menghabiskan sisa makananku. Lalu aku bertanya kembali,’Bu, orang baik menurut ibu itu seperti apa?’. Ibu itu sedikit terhenyak namun segera tersenyum dan menjawab,’ Orang baik itu, yang bermanfaat bagi sesama mbak. Yang mau membagi rezekinya untuk orang lain, seperti mbak yang sedang membeli dagangan saya ini, mbak berbagi sedikit rezeki pada saya, terima kasih ya mbak’. Aku tertegun, kenapa aku disebut baik hanya karena makan sepiring opor dan segelas es teh manis. Tapi lagi-lagi aku hanya tersenyum menanggapinya.

Disisa soreku aku bertemu dengan seorang bapak tentara yang sedang mendorong motornya mencari tukang tambal ban. Sambil berjalan menunjukkan arah tempat tukang tambal ban aku bertanya, ‘Pak, saya boleh tanya sesuatu? Menurut bapak, orang baik itu bagaimana?’. Beliau menoleh sebentar, lalu menjawab ‘Semua orang itu baik dek. Semua orang punya sisi baik dan buruknya masing-masing. Orang baik tidak melulu baik, orang jahat juga tidak melulu jahat’ Sedikit mengganjal karena beliau menjawab seolah hanya untuk cari aman menurutku, tapi kemudian beliau menambahkan ‘Saya dulu pernah ditugaskan di perbatasan dek. Saya dan dua rekan saya disekap oleh kawanan bersenjata. Kami Cuma punya dua pilihan, dibunuh atau membunuh. Dan cuma saya yang bisa bertahan dan berada di depan adek sekarang, tapi kejadian itu tidak bisa saya sebut sebagai rasa syukur hingga sekarang. Saya melindungi bangsa saya, namun dengan membunuh orang. Makanya kebaikan itu seperti dua sisi, apa yang dilihat dimata baik belum tentu itu benar baik dan begitupun sebaliknya.’ Akhirnya perjalanan kami sampai di sebuah tukang tambal ban pinggir jalan. ‘Terima kasih pak, sudah memberi pengajaran untuk saya hari ini.’

Aku pun melanjutkan perjalanan soreku untuk kembali ke kos. Tepatnya  pukul 7 malam, aku yang masih penasaran dengan definisi baik, manusia baik, orang baik, dan hal baik lainnya. Aku mencoba bertanya pada beberapa teman dekatku. Jawabannya hampir semua mirip, 

‘Orang baik itu relative’

‘Semua orang itu baik kok’

‘Orang baik itu nggak cuma paham tentang kebaikan di mulut tapi juga di perilaku. Soalnya orang baik ya orang yang menjalani hal baik’

‘Orang baik adalah orang kalo ditanya apa kabar? Jawabnya : aku baik hehe’

‘Orang baik itu yang selalu ada saat orang lain butuh, yang ikhlas, yang nggak merasa dimanfaatkan, yang always positif thinking, karena orang baik itu berfikir. Setiap kebaikan nggak harus di balas oleh manusia, balsan yang sesungguhnya ya waktu kita di hari akhir nanti’

Dan masih banyak lagi. Lucu-lucu ya, jawaban orang-orang baik hari ini.


Tapi hingga waktu menunjukkan pukul 10 malam, aku masih terjaga dan mencoba mencerna setiap jawaban orang – orang hari ini, sayangnya aku masih tidak puas. Seperti ada yang kurang dalam definisi yang ingin aku dengar dan pahami. Tiba-tiba handphone ku bergetar, terpampangg jelas nama ibu di layar.


‘Halo ibu’

‘Kamu sudah makan?'

‘Sudah bu'

Hening, seolah ibu sudah kehabisan topik dan sudah cukup berbicara. Seperti setiap malam biasanya, ibu menelepon hanya untuk memastikan aku makan dengan baik. 

‘Bu, orang baik itu bagaimana?’

Masih hening, aku pikir ibu tidak mendengarku jadi aku berinisiatif mengulangi pertanyaanku lagi.

‘Bu,-‘

‘Orang baik itu yang nggak pernah lupa sama Tuhannya, yang nggak pernah lupa sama orang tuanya. Tapi definisi baik itu abstrak, tidak terdefinisi. Kenapa tanya gitu?’

‘Aku pengen jadi orang baik bu’

‘Kalo gitu pulanglah’

‘Kenapa?’

‘Jadi orang baik buat ibu dulu, ibu rindu jadi pulanglah.’  


Seperti ditampar berkali-kali, aku tersenyum getir. Bahkan bibirku tidak sanggup untuk membalas ucapan ibu. Benar, bagaimana bisa aku lupa satu hal ini, bagaimana lucunya aku bertanya tanya tentang definisi orang baik, mencoba memantaskan diri supaya baik, berupaya  menjadi yang lebih baik. Dengan berbagai definisi baik yang ada di kepala, namun untuk menjadi baik di mata ibu saja, aku tak bisa.

Lalu esoknya kuputuskan untuk pulang ke rumah, menjemput kerinduan pada ibu yang sudah membuncah tumpah ruah, menyambut satu kebaikan untuk ibu dan aku. Lalu ketika aku berhasil menjemput satu kebaikan itu, apakah aku sudah bisa dikatakan orang baik??




Jadi gimana guys, definisi baik untuk kaliah heheee. Tulis definisi baik menurut kalian di kolom komentar yaaa, thank you.




Komentar

  1. Baik= hal yg ada dalam suara hati kita untuk melakukan sesuatu(yg positif) tanpa rasa beban,...
    Mantap pece, lanjutkan berkarya👍

    BalasHapus

Posting Komentar